Dalam
pandangan Al Quran, tanggung jawab individual sangat penting dalam sebuah
transaksi bisnis. Setiap individu bertanggungjawab terhadap semua transaksi
yang dilakukannya. Tidak ada seorangpun yang memiliki previlage tertentu atau
imunitas untuk menghadapi konsekuensi terhadap apa yang dilakukannya. Dalam Al
Quran, hal tersebut merupakan alat pencegah terhadap terjadinya tindakan yang
tidak bertanggungjawab, karena setiap orang akan dimintai pertanggungjawabannya
baik di dunia maupun di akhirat.
ada empat prinsip (aksioma) dalam ilmu ikonomi Islam
yang mesti diterapkan dalam bisnis syari’ah, yaitu: Tauhid (Unity/kesatuan),
Keseimbangan atau kesejajaran (Equilibrium), Kehendak Bebas (Free Will), dan
Tanggung Jawab (Responsibility).[1]
Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan Allah selaku Tuhan semesta alam. Dalam kandungannya meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut atas semua yang diciptakannya. Oleh sebab itu segala aktifitas khususnya dalam muamalah dan bisnis manusia hendaklah mengikuti aturan-aturan yang ada jangan sampai menyalahi batasan-batasan yang telah diberikan.
Keseimbangan atau kesejajaran (Equilibrium) merupakan konsep yang menunjukkan adanya keadilan sosial. Kehendak bebas (Free Will) yakni manusia mempunyai suatu potensi dalam menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak dibatasi. Tetapi dalam kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia haruslah sejalan dengan prinsip dasar diciptakannya manusia yaitu sebagai khalifah di bumi. Sehingga kehendak bebas itu harus sejalan dengan kemaslahatan kepentingan individu telebih lagi pada kepentingan umat.
Tanggung Jawab (Responsibility) terkait erat dengan tanggung jawab manusia atas segala aktifitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga tanggung jawab kepada manusia sebagai masyarakat. Karena manusia hidup tidak sendiri dia tidak lepas dari hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri sebagai komunitas sosial. Tanggung jawab kepada Tuhan tentunya diakhirat, tapi tanggung jawab kepada manusia didapat didunia berupa hukum-hukum formal maupun hukum non formal seperti sangsi moral dan lain sebagainya.
Sementara menurut Beekun terdapat 5 aksioma dalam ekonomi islam. Sebagai yang kelima adalah benovelence atau dalam istilah lebih familiar dikenal dengan Ihsan.[2] Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati dan meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan. Kelima prinsip tersebut secara operasional perlu didukung dengan suatu etika bisnis yang akan menjaga prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud.
Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan Allah selaku Tuhan semesta alam. Dalam kandungannya meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut atas semua yang diciptakannya. Oleh sebab itu segala aktifitas khususnya dalam muamalah dan bisnis manusia hendaklah mengikuti aturan-aturan yang ada jangan sampai menyalahi batasan-batasan yang telah diberikan.
Keseimbangan atau kesejajaran (Equilibrium) merupakan konsep yang menunjukkan adanya keadilan sosial. Kehendak bebas (Free Will) yakni manusia mempunyai suatu potensi dalam menentukan pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak dibatasi. Tetapi dalam kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia haruslah sejalan dengan prinsip dasar diciptakannya manusia yaitu sebagai khalifah di bumi. Sehingga kehendak bebas itu harus sejalan dengan kemaslahatan kepentingan individu telebih lagi pada kepentingan umat.
Tanggung Jawab (Responsibility) terkait erat dengan tanggung jawab manusia atas segala aktifitas yang dilakukan kepada Tuhan dan juga tanggung jawab kepada manusia sebagai masyarakat. Karena manusia hidup tidak sendiri dia tidak lepas dari hukum yang dibuat oleh manusia itu sendiri sebagai komunitas sosial. Tanggung jawab kepada Tuhan tentunya diakhirat, tapi tanggung jawab kepada manusia didapat didunia berupa hukum-hukum formal maupun hukum non formal seperti sangsi moral dan lain sebagainya.
Sementara menurut Beekun terdapat 5 aksioma dalam ekonomi islam. Sebagai yang kelima adalah benovelence atau dalam istilah lebih familiar dikenal dengan Ihsan.[2] Ihsan adalah kehendak untuk melakukan kebaikan hati dan meletakkan bisnis pada tujuan berbuat kebaikan. Kelima prinsip tersebut secara operasional perlu didukung dengan suatu etika bisnis yang akan menjaga prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud.
Al Quran
dan Hadist telah memberikan resep tertentu dalam tatakrama demi kebaikan
seorang pelaku bisnis. Seorang pelaku bisnis diwajibkan berperilaku dengan
etika bisnis sesuai dengan yang dianjurkan oleh Al Quran dan Sunnah yang
terangkum dalam 3 (tiga) garis besar, yakni:
- Murah Hati
- Motivasi untuk Berbakti
- Ingat Allah dan Prioritas Utama-Nya
Banyak
ayat-ayat Al Quran dan Hadist Nabi yang memerintahkan kaum Muslimin untuk
bermurah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan dan
bersahabat saat melakukan dealing dengan sesama manusia. Al Quran secara
ekspresif memerintahkan agar kaum Muslimin bersifat lembut dan sopan manakala
berbicara dengan orang lain sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al Baqarah
ayat 83, yang artinya
dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim,
dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji
itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
dan Surah
Al Israa’ ayat 53:
Artinya : dan Katakanlah kepada
hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Tindakan
murah hati, selain bersikap sopan dan santun, adalah memberikan maaf dan
berlapang dada atas kesalahan yang dilakukan orang lain, serta membalas
perlakuan buruk dengan perilaku yang baik, sehingga dengan tindakan yang
demikian musuh pun akan bisa menjadi teman yang akrab. Selain itu hendaknya
seorang Muslim dapat memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan
kapan saja ia dibutuhkan tanpa berpikir tentang kompensasi yang akan didapat.
Manifestasi
lain dari sikap murah hati adalah menjadikan segala sesuatu itu gampang dan
lebih mudah serta tidak menjadikan orang lain berada dalam kesulitan. Islam
menginginkan para pemeluknya untuk selalu membantu, dan mementingkan orang lain
lebih dari dirinya sendiri ketika orang lain itu sangat membutuhkannya dan
berlaku moderat dalam memberikan bantuan.
Melalui
keterlibatannya di dalam aktivitas bisnis, seorang Muslim hendaknya berniat
untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakat dan manusia secara
keseluruhan. Cara-cara eksploitasi kepentingan umum, atau berlaku menciptakan
sesuatu kebutuhan yang sangat artificial, sangat tidak sesuai dengan ajaran Al
Quran. Agar seorang Muslim mampu menjadikan semangat berbakti mengalahkan
kepentingan diri sendiri, maka ia harus selalu mengingat petunjuk-petunjuk
berikut:
- Mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan orang lain;
- Memberikan bantuan yang bebas bea dan menginfakkannya kepada orang yang membutuhkannya;
- Memberikan dukungan dan kerjasama untuk hal-hal yang baik.
Seorang
Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, meskipun dalam keadaan
sedang sibuk oleh aktivitas mereka. Umat Islam hendaknya sadar dan responsive
terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta.
Prioritas-prioritas yang harus didahulukan adalah:
- Mendahulukan mencari pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia;
- Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, meskipun akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar;
- Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram;
- Mendahulukan bisnis yang bermanfaat bagi alam dan lingkungan sekitarnya daripada bisnis yang merusak tatanan yang telah baik.
Dari
bahasan singkat di atas dapat disimpulkan, bahwa perilaku bisnis yang baik dan
benar telah di atur dengan seksama di dalam Al Quran sebagai
pedoman hidup yang komprehensif dan universal bagi seluruh umat Islam.
Dengan demikian marilah kita mulai menerapkan etika-etika bisnis menurut ajaran
yang dibawa oleh Rasulullah Shallullahu Alaihi wa Sallam sejak empat belas abad
yang lalu tanpa perlu bimbang dan ragu lagi.
Sumber :
http://cafesyariah.com/prinsip-dasar-dan-etika-dalam-bisnis-syariah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar